Ceritaku Hamil Kembar: Twin to Twin Transfusion Syndrome?

Awal tahun 2020 ini, aku dan suami dikejutkan dengan akan hadirnya anak kedua kami. Senang, pasti. Si kecil akan jadi kakak dan punya teman baru di rumah. Rumah juga akan tambah rame. Alhamdulillah, kami mendapatkan kejutan berita ini. Setelah tahu hasil testpack positif, beberapa hari kumudian, aku cek ke bidan di klinik faskes pertama kami. Begitu juga untuk bulan berikutnya. Seperti umumnya, ibu bidan memeriksa kondisi perut ibu, bb, tensi dan memberi beberapa vitamin.

Sekitar awal bulan Maret, musibah pandemi virus korona diumumkan sudah masuk Indonesia. Waktu itu, Bogor (domisili saya) dikategorikan wilayah zona merah karena ditemukan banyaknya orang yang terkonfirmasi terpapar virus ini. Kondisi ini membuatku memutuskan untuk pindah tempat kontrol kandungan di bidan dekat rumah saja. Ini aku lakukan untuk menghindari klinik yang biasanya selalu dipenuhi dengan orang periksa/sakit (salah satu ikhtiar pencegahan agar tidak terpapar virus). Di kehamilan pertamaku dulu, pada trisemester pertama, aku usahakan untuk lakukan pemeriksaan usg untuk melihat perkembangan awal janin di perutku. Tapi, di hamil kedua ini, entah kenapa aku tidak melakukan cek usg. Mungkin karena waktu itu situasi belum stabil karena pandemi, dan situasinya mengharuskan kita stay at home, agak was-was untuk pergi agak jauh. Toh, aku pikir nanti-nanti saja bisa usg karena setiap cek kandungan hasilnya baik-baik saja.

Di awal trisemester kedua, aku merasa lebih fit dan sehat. Morning sickness, rasa mual, muntah dan badan lemas semakin berkurang. Alhamdulillah. Alih-alih sepertinya aku semakin rajin di dapur, membuat kreasi kuker, kudapan dan memasak. Sepertinya anakku nanti perempuan, pikirku. Alhamdulillah, aku pun kuat menyempurnakan puasa Romadhon, tanpa ada keluhan yang aneh-aneh. Oiya, di minggu-minggu trisemester kedua ini, aku lakukan imunisasi TT3, cek darah untuk mengetahui hb, dan beberapa penyakit seperti hiv, epilepsi dan sipilis. Kata bidan, itu semua jenis tes lab yang harus dilakukan oleh ibu hamil sebelum persalinan. Saat itu, semua tes tadi bisa dilakukan di bidan tempat aku kontrol. Sempat minta saran lagi ke bidan, bagaimana kalau aku cek usg, jujur aku penasaran bayiku nanti perempuan/laki-laki lagi yah. Melihat situasi pandemi yang belum usai dan malah semakin parah, bu bidan pun saat itu tidak begitu menyarankan aku usg alias bisa ditunda nanti, karena ibu hamil itu termasuk rentan sedangkan kondisi kandunganku baik-baik saja.

Awal Juni, setelah lebaran, aku kembali kontrol kandungan. Saat itu ada hal yang aku rasa kurang enak di perutku. Pergerakan janin rasanya juga sedikit berkurang. Saat cek, kata bidan posisi bayi sungsang. Aku dianjurkan untuk rajin melakukan posisi nungging/sujud agar posisi kepala bayi normal ke bawah/ menuju panggul. Beberapa hari kemudian, aku merasakan sakit nyeri di punggung bawah dan perut pun mulai terasa tidak enak. Aku merasa perutku tampak begitu besar dari sebelumnya. Karena itu, kami putuskan untuk segera cek usg dan kita cari tempat yang terdekat dengan rumah. Continue reading “Ceritaku Hamil Kembar: Twin to Twin Transfusion Syndrome?”